Pages

Ads 468x60px

Kamis, 20 Desember 2012

Sejarah PT. Inco-Vale

PT. Internasional Nickel Indonesia (PT. Inco) termasuk  salah satu produsen nickel terbesar di dunia. Perusahaan ini  didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 sesuai dengan UU Penanaman Modal Asing (PMA) No 1  Tahun 1967.  PT Inco memproduksi nikel dalam bentuk matte, yakni produk setengah jadi yang diolah dari
bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadunya di Sorowako.
Seluruh produksi PT Inco dijual dalam Dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di Jepang. Kelebihan perusahaan ini terletak pada cadangan bijih besi berlimpah, tenaga kerja terampil dan terlatih, pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah, fasilitas produksi modern serta pasar terjamin untuk produknya.











1901193719661967196819701971197319741976
19771978198819902000200320042005  

1968 - 1973Eksplorasi dan studi kelayakan
1973 - 1978Pembangunan fasilitas pertambangan dan pabrik Produksi
1978 - 1986komersial (kerugian finansial sebesar US$ 416 juta)
1987 - 2005Perusahaan yang menguntungkan
 1988 - 1991
Ekspansi dari 80 juta menjadi 100 juta pound/per tahun. Penawaran saham publik 20%
1993 - 1995
Negosiasi modifikasi dan perluasan Kontrak Karya
January 1996
Penandatanganan hasil modifikasi dan perluasan Kontrak Karya
1996 - 1999
Proyek Ekspansi Jaringan Keempat termasuk Balambano yang berkapasitas 93 MW untuk meningkatkannya menjadi 150 juta pound/tahun
Investasi sejak 1968 sampai 2004: US$ 2.4 milyar
  
1901Bijih nikel mula-mula ditemukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt pada saat meneliti bijih besi di pegunungan Verbeek, Sulawesi .
1937Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan nikel laterit di Sulawesi . Ia mengunjungi Sorowako.
1966Survei geologi yang komprehensif atas endapan di pulau Sulawesi dilakukan oleh Pemerintah Indonesia .
1967Pemerintah mengundang perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi eksplorasi dan pengembangan endapan mineral di pulau Sulawesi .
 INCO LIMITED mengirim tim ahli geologi ke Sulawesi untuk mengumpulkan data dan menjelaskan kemampuan-kemampuan INCO.
1968Pada bulan Januari, INCO terpilih dari enam perusahaan untuk merundingkan sebuah Kontrak Karya.
 25 Juli, Akta Pendirian disahkan dan didaftarkan. Sebuah perusahaan baru, PT Internasional Nickel Indonesia (PT INCO) berdiri secara resmi.
 27 Juli, Kontrak Karya ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dan PT INCO.
 Kegiatan eksplorasi berskala penuh dimulai segera setelah penandatanganan Kontrak Karya. Daerah eksplorasi mula-mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari tiga provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
 Tes pemboran di daerah Pomalaa merupakan awal alih teknologi yaitu ketika ahli-ahli geologi dari INCO LIMITED mulai mendidik rekan-rekan kerjanya dari Indonesia , cara sistematis mengambil contoh endapan laterit dan menganalisanya.
1970Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario . Sebuah pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari Sorowako dapat diolah dengan hasil yang memuaskan.
1971Eksplorasi yang dilakukan telah cukup membuktikan bahwa endapan laterit di sekitar Sorowako mampu mendukung pabrik nikel yang besar.
1973Pembangunan satu unit jaringan pengolahan pyrometalurgi mulai dilakukan di kawasan Sorowako.
1974Sebagai reaksi atas lonjakan harga minyak yang pertama, maka diambillah keputusan untuk mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ukuran pabrik peleburan ditingkatkan tiga kali untuk mengurangi biaya per unit dan mengimbangi kapasitas PLTA tersebut.
197610.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing dipekerjakan membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga, bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara serta sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan.
197731 Maret, Presiden Suharto mengunjungi Sorowako dan meresmikan fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan nikel.
19781 April, PT INCO mulai berproduksi secara komersial.
1988INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT INCO yang dimilikinya kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dari Jepang.
199016 Mei, INCO LIMITED menjual 20 persen dari saham PT INCO yang dimilikinya kepada publik dan dicatatkan pada bursa-bursa efek di Indonesia. INCO LIMITED tetap memiliki 58,19 persen saham PT INCO.
2000PT INCO meningkatkan produksi 30 persen menjadi 130,5 juta pon nikel dalam matte, sejalan dengan rencana Perseroan untuk mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi per tahun.
 PT INCO menyelesaikan penelitian dan rekayasa atas presipitator elektrostatis Tanur Pengering No.2 yang dirancang untuk mengurangi keseluruhan emisi debu pabrik lebih dari 40 persen.
 14 Desember, penanda-tanganan Kesepakatan Kerja Bersama untuk masa dua tahun dengan Serikat Pekerja, di Sorowako.
2003-2004Tahun 2003, PT Inco membangun daerah penambangan baru di Petea (sebelah Timur Danau Matano, berdekatan dengan wilayah timur penambangan bijih (ore body) PT Inco)
  • Petea memiliki 5 juta ton cadangan mineral terbukti dengan kualitas 1,81% nikel dan 24 juta ton cadangan mineral terduga dengan kualitas 1,78% nikel
  • Investasi yang dialokasikan sebesar US$11.8 juta
Bulan Februari 2003, PT Inco menandatangani perjanjian dengan PT Aneka Tambang (Antam) untuk bersama-sama membangun daerah kontrak di Sulawesi Tenggara. PT Inco akan menambang bijih saprolitik di wilayah timur Pomalaa, sementara Antam akan melakukan proses peleburan (smelting).PT Inco berencana untuk mulai mengirim bijih dari Pomalaa ke tempat peleburan Antam pada pertengahan tahun 2005.
Pada tahun 2004, PT Inco memulai kegiatan pengeboran di Bahodopi dan Pomalaa, dan uji coba penambangan bijih di Petea
Pada tahun 2004, PT Inco melakukan tahap pertama dari rencana optimalisasi besar-besaran yang direncanakan akan menelan biaya US$275-580 juta dengan membangun bendungan ketiga di Karebbe, Sungai Larona, untuk meningkatkan kapasitas listrik tenaga air dari 275 MW ke 365 MW
2005Berhasil memasang teknologi Bag House System di Tanur Listrik No. #4. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah.
Direncanakan tahun 2008 semua tanur listrik akan dilengkapi dengan alat ini

Tidak ada komentar:

coment

 

Sample text


Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates